Pandangan
Siti Jenar dan Husain ibnu Mansur al-Hallaj dalam Manunggaling Kawulo Gusti .
Syekh
Siti Jenar begitu sering dihubung-hubungkan dengan al-Husain ibnu Mansur
al-Hallaj atau singkatnya Al-Hallaj saja, sufi Persia abad ke-10, yang sepintas
lalu ajarannya mirip dengan Siti Jenar, karena ia memohon dibunuh agar tubuhnya
tidak menjadi penghalang penyatuannya kembali dengan Tuhan. Adalah Al-Hallaj
yang karena konsep satunya Tuhan dan dunia mengucapkan kalimat, “Akulah
Kebenaran/ Anna al Haq,” yang menjadi alasan bagi hukuman matinya pada 922
Masehi di Baghdad. Seperti Syekh Siti Jenar pula, nama Al- Hallaj menjadi
monumen keberbedaan dalam penghayatan agama, sehingga bahkan diandaikan bahwa
jika secara historis Syekh Siti Jenar tak ada, maka dongengnya adalah
personifikasi saja dari ajaran Al- Hallaj, bagi yang mendukung maupun yang
menindas ajaran tersebut.petikan atas kutipan dari Serat Siti Jenar yang
diterbitkan oleh Tan Khoen Swie, Kediri, pada 1922:
Kawula
dan gusti sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku
dari mereka. Tetapi hanya saat ini nama kawula-gusti itu berlaku, yakni selama
saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawula lenyap, yang
tinggal hanya hidupku, ketenteraman langgeng dalam Ada sendiri.
Hai
Pangeran Bayat, bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dengan
tepat dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini
memang banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan
hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindera.
Itu
hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan
lenyap. Gilalah orang yang terikat padanya, tidak seperti Syeh Siti Jenar. Saya
tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian. Satu-satunya
yang kuusahakan, ialah kembali kepada kehidupan.
Dalam
pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama.
Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya
menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan
menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum
tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling
berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar.
Syekh
Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip
ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga
atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.
Manunggaling
Kawula Gusti, Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti
Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula Gusti
dianggap bukan berarti bercampurnya Tuhan dengan Makhluknya, melainkan bahwa
Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk. Dan dengan kembali kepada
Tuhannya, manusia telah menjadi sangat dekat dengan Tuhannya.
Dan
dalam ajarannya, ‘Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia
terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang
menerangkan tentang penciptaan manusia (“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu
tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)”). Dengan demikian ruh
manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan
terjadi.
Riwayat
pertemuan Ibrahim ibn Sam’an dengan Husain bin Mansur al Hallaj ( Kutipan dari
Buku Husain bin Manshur al Hallaj, karangan Louis Massignon).
Aku
melihat al Hallaj pada suatu hari di masjid al Mansur: Aku memiliki 2 dinar
dalam sakuku dan aku berpikir untuk menghabiskan uang itu untuk hal-hal yang
melanggar hukum. Seseorang datang dan memintah sedekah.Dan Husain bin Mansur al
Hallaj berkata:’ Ibnu Sam’an berikanlah sedekah dengan apa yang kamu
simpan di dalam jubahmu, aku terdiam dan menangis, ” oh syaikh, bagaimana
engkau mengetahui hal itu?” Al Hallaj berkata:’ Setiap hati yang mengosongkan
diri dari yang selain Alloh, dapat membaca kesadaran orang dan menyaksikan apa
yang ghoib”. Ibnu Sam’an berkata:”o, syaikh ajarilah aku sebuah hikmah”.
Kemudian berkata al Hallaj :”Orang yang mencari Tuhan dibalik huruf miim dan
ain akan menemukan Nya.Dan seseorang yang mencarinya dalam konsonan idhafah
antara alif dan nun, orang itu akan kehilangan Dia. Karena Dia itu Maha Suci,
di luar jangkauan pikiran dan diatas yang terselubung, yang berada di dalam
diri setiap orang. Kembalilah kepada Tuhan, Titik Terakhir adalah Dia.
Tidak ada “Mengapa” di hari akhir kecuali Dia.Bagi manusia “MA/ yaitu miim dan
ain” milik Dia berada dalam miim dan ain makna “”MA”" ini adalah Tuhan
Maha Suci. Dia mengajak makhluk terbang menuju Tuhan. “miim” membimbing ke Dia
dari atas ke bawah. “ain”membimbing ke Dia dari Jauh dan Luas.
Ilmu Huruf Muqota’ah
Ilmu
huruf, yang didasarkan pada satu bahsa suci, tentulah memiliki sebuah fondasi
mistis yang diperlukan. Orang bisa menemukan doktrin ini dalam puisi
mistis yang terkenal Ghulsyan-i Raz (Taman Mawar), karya Syabistari: ” Bagi
orang yang jiwanya adalah manifestasi Tuhan yaitu al Qur’an, keseluruhan alam
ini adalah huruf-huruf vokalNya dan substansinya adalah huruf konsonan Nya ”
Pasal 200-209 puisi Ghulsyan-i Raz.
Abu Ishaq Quhistani, sufi Islam,
menegaskan pentingnya ilmu huruf dengan menyatakan bahwa ” ilmu huruf adalah
akar dari segala ilmu “.
Secara
skematis ilmu huruf mengandung :
*Simbolisme ketuhanan dan metafisika atau /metakosmik,
*Simbolisme universal / makrokosmik yang didasarkan pada
korespondensi antara huruf-huruf dan benda astrologis (ruang angkasa/ planet/
lambang zodiak dll).
*Simbolisme manusia dan individu yang didasarkan pada
korespondensi fisiologis/organ tubuh.
Jumlah huruf muqatta’ah (terpotong) ada 14 huruf yaitu :alif lam miim,ha
miim, alif lam ra, tha ha,ha miim ain sin qaf, ya sin, kaf ha ya `ain shad, kaf
dan nun. Kalau dirangkai keseluruhannya menjadi sebuah kalimat : Shiratu
`aliyin haqqun namsikuhu (jalan Ali adalah kebenaran yang kita pegang). huruf
muqatta’ah (terpotong) adalah huruf-huruf yang merupakan rumusan dialog antara
Alloh swt dengan kekasihnya (para Nabi dan para Wali).
Apa
Makna miim dan ain sehingga dapat menemukan Tuhan dan bertemu dengan Nya dan
Mengapa ketika mencari Tuhan dibalik huruf alif dan nun maka tidak bisa bertemu
dengan Nya?
Tafsir
Miim (numerology Arabiyah):
Huruf
miim merupakan muhammad rosulillah atau Ahmad, yang merupakan pintu menuju Ahad
yang merupakan wahdaniyah Allah. Perbedaan antara Ahad dan Ahmad adalah
huruf arab Miim (muhammad rosulillah – penutup jalur risalah dan kenabian).
Miim
juga berarti malakuti / keagungan / penguasaan atas seluruh langit bumi, ayat
Kursi merupakan ayat yang mengandung banyak huruf miim didalamya.
Huruf
miim bernilai 40, 40 hari khalwat dengan ikhlas dengan mengamalkan surat al
ikhlas dan ayat Kursi (ayat yang banyak mengandung huruf miim /sujud jadi sujud
adalah cara menggapai keagungan). Juga surat al ikhlas di awali dengan qulhuwa
allohu ahad. Jadi perwujudan ahad di dunia adalah ahmad, ketika manusia menjadi
ahmad maka merupakan tajalli/ penampakan sang Mahakuasa dalam diri manusia.
Sekali lagi bedakan Ahmad dan Ahad terletak huruf miim.
Huruf
miim membentuk, posisi sujud dalam solat, sujud merupakan posisi kedekatan
dengan Alloh, bahkan sujud merupakan simbol dari wahdaniyah Allah. Metode untuk
mendekat (muqorrobin/ kewalian) kepada Tuhan yang paling cepat adalah dengan
sujud yang lama dalam Sholat. Hadits qudsi Allah berfirman : ” Barangsiapa
memusuhi waliku sungguh kuumumkan perang kepadanya, tiadalah hamba Ku mendekat
kepada Ku dengan hal hal yg fardhu- 17 rokaat, dan Hamba Ku terus mendekat
kepada Ku dengan hal hal yg sunnah- 34 rokaat qobliyah dan bakdiyah- baginya
hingga Aku mencintainya, bila Aku mencintainya maka aku menjadi telinganya yg
ia gunakan untuk mendengar, dan matanya yg ia gunakan untuk melihat, dan menjadi
tangannya yg ia gunakan untuk memerangi, dan kakinya yg ia gunakan untuk
melangkah, bila ia meminta pada Ku niscaya kuberi permintaannya….” (shahih
Bukhari hadits no.6137).
Tafsir Ain,Yaa,Sin,Nuun,Aliif
(numerology Arabiyah):
Huruf
ain bermakna sayidina Ali bin Abu tholib merupakan pintu gerbang keilmuan.
Sesuai hadits Nabi yang menyatakan bahwa Muhammad rosulluloh adalah gudang ilmu
dan Sayidina Ali adalah pintunya. Huruf ayn membentuk posisi rukuk dalam sujud,
dalam riwayat asbabun nuzul quran ada ayat yang berkenaan dengan Ali bin abu
thalib, yaitu orang yang rukuk kemudian dalam posisi rukuk dalam solat
melakukan sedekah berupa cincin. Inilah ayat quran itu: Walimu hanyalah Allah,
Rasul-Nya dan mereka yang beriman yang menegakkan salat, membayar zakat seraya
rukuk. (QS. al-Mâ`idah: 55).
Kunci
sholat yang merupakan adab tatakrama/ kepasrahaan total ila allohu ada di
rukuk/ huruf ain, sujud/ huruf miim adalah kedekatan (muqorobin- fana asma dan
tajalli asma), barangsiapa tidak tahu adab ( rukuknya) maka tidak layak
untuk dekat (muqorobin).
Huruf
Ain bernilai 70.sedang huruf Ya bernilai 10 dan huruf Sin bernilai 60. jadi
secara matematis yaitu 70(ain)= yaa(10)+sin(60) jadi Ya + Seen = Ain merupakan
Quran dalam surat 36 adalah surat Ya Seen. ayat ke 58 dari surat Yasin adalah
Salaamun Qawlam Mir Rabbir Raheem. Jadi 5+8=13, posisi huruf ke 13 dalam abjad
Arab adalah huruf Miim/ Sujud. Jadi untuk mengerti Ain/ rukuk kita harus
mengerti tafsir huruf Yaa dan Tafsir huruf Sin. Dengan mengerti Yaa dan Sin
kita akan sampai kepada Sayidina Ali bin Abu Tholib.
Kyai
Kholil Bangkalan, salah seorang pencetak kyai besar Nahdlatul Ulama, selama perjalanan
pesantren Keboncandi, Pasuruan-Sidogiri kyai kholil Bangkalan sewaktu muda
selalu membaca YaSin, hingga khatam berkali-kali.
Huruf Ya adalah akhir dari abjad
Arab and Alif awal dari abjad Arab. Huruf Ya/ hamba memimpin/cenderung ke
arah Alif/ Alloh. Huwal Awwalu wa Hu wal Akhiru.
*Rincian huruf Awwalu :
*Alif(1)+waw(6)+lam(30)=37ß-à3+7=10,(Ya=10),
*10 ß-à1+0=1ß-àpertama.
*Rincian huruf Akhiru :: Alif(1)+Kho(600)+Ro(200)= 801ß-à8+0
+1= 9 ß-à terakhir adalah 9, angka 9 dalam numerology arab adalah huruf Ta yang
bermakna penyucian atau Tahara / penyucian dan bulan ke 9 dalam Arab / Qomariah
adalah bulan ramadhon yaitu bulan puasa.
Penyucian
kalbu dari kecintan diri dan dunia merupakan tingkat awal penyucian untuk
bersuluk kepada Alloh. Sesungguhnya kotoran maknawi terbesar yang tidak bisa
disucikan meskipun dengan tujuh lautan dan para nabi pun tidak mampu
menghilangkannya adalah kotora kejahilan ganda (pura-pura tahu padahal tidak
tahu). Kekeruhan ini mungkin akan memadamkan cahaya petunjuk dan meredupkan api
kerinduan yang merupakan buraq untuk bermikraj mencapai berbagai maqom
spiritual.( Imam Khomeini dalam Hakikat dan Rahasia Sholat).
Dan
Alif(1)+ Ta(9)=10ß-à (Ya=10=hamba) , nilai huruf (Ya=10), jadi seorang Hamba
yaitu simbol Ya harus melakukan Puasa / penyucian jiwa/ tazkiyah nafs simbol
(Ta=9) untuk Alloh semata simbol (Alif=1) atau Hamba harus sabar dengan
KetentuanNya atau nrimo ing pandum, karena hasil puasa Lillah Billah menjadikan
orang sabar atau innalloha ma’ashobirin (Sesungguhnya Alloh bersama (MA terdiri
huruf miim dan ain lihat al Baqarah:153 ) orang yang sabar. Lihat bersama
adalah Ma yaitu ma’asshobirin. Disini terungkap rahasia mim dan ayn yaitu MA
seperti yang diucapkan oleh Husain bin Mansur al Hallaj. jadi Sabar adalah
kunci menemukan Tuhan. Para mufassir menafsirkan sabar dengan melakukan puasa.
Pahala puasa hanya Alloh yang tahu. Artinya Hak menilai puasa langsung di
tangan Alloh bukan di tangan para malaikat. Sabda Rosullulloh saw Puasa yang
dilakukan khusus untuk-Ku/ puasa Lillah Billah dan cukuplah Aku sebagai
pahalanya.
Mempelajari
Ilmu Ketuhanan akan menjadikan orang bersabar, seperti dialog Nabi Musa as dan
Nabi Khidr as yaitu Bagaimana kamu dapat sabar terhadap persoalan yang kamu
samasekali belum memiliki pengetahuan yang cukup tentangNya(QS 18:68).
Barangsiapa menghadapi kesengsaraan dengan hati terbuka, menunjukkan kesabaran
dengan penuh ketenangan dan martabat, termasuk dalam golongan orang terpilih
dan bagian untuknya adalah Berikanlah kabar gembira (keberhasilan dan kejayaan)
kepada orang yang sabar (QS 2:155),
Dalam
Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri disebut sabar. Orang yang
paling sabar adalah orang yang paling tinggi dalam kecerdasan emosionalnya. Ia
biasanya tabah dalam menghadapi kesulitan. Ketika belajar orang ini tekun. Ia
berhasil mengatasi berbagai gangguan dan tidak memperturutkan emosi-nya.
Gabungan
rincian Awwalu dan Akhiru adalah Seorang Hamba (Ya=10=hamba) karena
Akhiru(9)+ Awwalu (1)=10ß-à (Ya=10=hamba), jadi seorang Hamba menampung Asma
Alloh yang lengkap dan memiliki potensi untuk menampakkan sifat ketuhanan.
Huruf
Sin bernilai 60 dalam numerology Arab, merupakan simbol dari sirr Muhammad,
sirr adalah rahasia ketuhanan yang disimpan dalam diri manusia sebagai hamba.
Huruf sin dalam INSAN. huruf alif nya adalah Alloh, huruf sin adalah
rahasia /sirr ketuhanan, 2 huruf nun adalah simbol hukum dunia dan akhirat yang
merupakan representasi /perwakilan kitab suci al Qur’an.
Huruf
Yaa/ simbol Hamba digunakan untuk memanggil seseorang atau menarik perhatian
sesorang. Ya adalah simbol seorang Hamba menyembah dan menyebut Tuhannya Ya
Alloh Ya Robbi dll.Yaa juga digunakan oleh Alloh memanggil Hambanya.Ya juga
berarti simbol antara yang disembah dan menyembah, tetapi posisi Ya=10 / hamba
selalu cenderung kepada Alif=1 atau Alloh karena Alloh sebagai Awwalu, dalam
ilmu huruf,
Alif(1)+waw(6)+lam(30)=37ß-à3+7=10
adalah Yaa menyatu dengan Alif (10ß-à1+0=1) atau dibalik Yaa ada Alif atau di
dalam Manusia ada Tuhan atau istilah Wahdatul Wujud nya Ibnu Arobi yaitu antara
penyembah dan yang disembah itu sama tapi tidak serupa atau menurut istilah
ajaran Syekh Siti Jenar, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. “PERSAMAAN” antara
manusia dan Allah. Hal inilah yang dimaksudkan dalam sabda Nabi saw.:
“Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dalam kemiripan dengan diriNya
sendiri.” Lebih jauh lagi Allah telah berfirman: “Hambaku mendekat kepadaKu
sehingga Aku menjadikannya sahabatKu. Aku pun menjadi telinganya, matanya dan
lidahnya.” Juga Allah berfirman kepada Musa as.: “Aku pernah sakit tapi engkau
tidak menjengukku!” Musa menjawab: “Ya Allah, Engkau adalah Rabb langit dan
bumi; bagaimana Engkau bisa sakit?” Allah berfirman: “Salah seorang hambaKu
sakit; dan dengan menjenguknya berarti engkau telah mengunjungiKu. “Memang ini
adalah suatu masalah yang agak berbahaya untuk diperbincangkan, karena hal ini
berada di balik pemahaman orang-orang awam. Seseorang yang cerdas sekalipun
bisa tersandung dalam membicarakan soal ini dan percaya pada inkarnasi dan
kersekutuan dengan Allah.
Tafsir huruf Nun dan Alif- Pencari
Tuhan dibalik huruf alif dan nun maka tidak bisa bertemu dengan Nya:
Bernilai 50 dalam numerology Arab.
Tafsir
huruf INSAN, memiliki 2 huruf nun merupakan simbol alam dunia/ jasad dan alam
akhirat/ ruh/ jiwa. Ruh yang disucikan akan memperoleh Nur/ surga sedangkan Ruh
yang dikotori akan memperoleh Nar/ neraka.
Tafsir
Alif dan Nun: Penggambaran Simbolis Huruf dan Alif Nun merupakan lambang sebuah
perahu (syariat) dan sebuah Jiwa / individu /personal mengarungi lautan / medan
ujian, kayuh / sampan (membentuk huruf Alif) kiri kanan adalah wilayah pilihan
manusia (sunnatulloh adalah qadha’ qadar baik buruk) yang telah ditetapkan oleh
Alloh arti simbol Alif. Individu yang sedang menaiki perahu (simbol Nun),
sampan/kayuh adalah alat/ pilihan yang akan mengerakkan jiwanya menuju 3
pilihan yaitu, pertama, arah perahu ke kiri berarti ashabul syimal/ Nun
menjadi Naar/ neraka, kedua arah perahu ke kanan berarti ashabul yamin/
Nun menjadi Nur/cahaya, ketiga arah perahu tidak ke kiri dan tidak ke
kanan tetapi tengah berarti sabiqunal awwalun/ terdahulu mencapai tujuan – ini
adalah golongan para pencinta yaitu menyembah karena kerinduan ingin bertemu
dengan sang Khaliq – ini adalah jawaban isyarah tersembunyi dari Husain bin
Manshur al Hallaj- yaitu para nabi :
Dengan
simbol miim (arti bathinnya adalah sujud) yaitu Muhammad saw dan ain (arti
bathinnya adalah rukuk) yaitu sayidina Ali bin Abuthalib.
Huruf
Nun Mengingatkan Kita juga kepada Zunnun/ Nabi Yunus as yang naik
perahu di tengah lautan dan ditelan Ikan karena meninggalkan Kaum nya sebelum
ada perintah dari ALLOH swt.
Zikir Zunnun / N.Yunus – doa
keselamatan menghadapi medan ujian : wa dzan nuni idz dzahaba mughadziban fa
dhanna an lan naqdiro alayhi fa nada fid dhulumati an laila antan subhanaka
inni kuntu minadolimin fastajabna lahu wa najjaynahu minal ghammi wa kadzalika
nunjil mukminina (Anbiya :87-88).
Kesimpulan:
Tafsir Yaa Sin akan membuka rahasia
huruf `’MA” yaitu miim dan ain seperti yang dikatakan oleh Husain bin Mansur al
Hallaj:
Quran
dalam surat 36 adalah surat Ya Seen. ayat ke 58 dari surat Yasin adalah
Salaamun Qawlam Mir Rabbir Raheem.
“Rahasia
Ketuhanan ada dalam diri manusia, agar manusia mampu menampakkan atau
men-tajallikan Ketuhanan dalam dirinya maka perintah solat (Rukuk, Sujud)
adalah sarana ‘Manunggaling Kawula Gusti dan sodaqoh ( menebarkan hasil usaha
kebenaran/ pengabdian masyarakat/ agen perubahan/ social agent) kepada sesama
makhluk Tuhan (kesalehan sosial) yang merupakan perwujudan dari Salaamun Qawlam
Mir Rabbir Raheem”
Tafsir
YaaSin adalah simbol manusia sempurna yaitu hamba yang mampu menampung rahasia
Alloh swt dan didalam sirr itu seorang penyembah dan disembah bertemu dan
berdialog, ibarat sebuah pohon lengkap dengan pokoknya, cabangnya dan
puncaknya. Imam al Baqir berkata: Maukah kamu akau beritahu pokok-pokok Islam,
cabang dan puncaknya dan pintu kebaikan? Sulaiman bin Khalid berkata: Tentu,
lalu jawab Imam al Baqir: Pokoknya adalah sholat, cabangnya adalah zakat, dan
puncaknya adalah membela kaum tertindas dan menegakkan keadilan. Pintu kebaikan
itu adalah :
1.Puasa merupakan perisai api
neraka,
2.Sedekah itu menghapus dosa,
3.Sholat di malam hari untuk
berzikir.
Tafsir Rukuk/Huruf Ain
Etika
rukuk adalah meninggikan maqam rububiyah Nya yang agung, mulia dan merendahkan
maqam ubudiyah seorang hamba yang lemah, faqir dan hina. Rukuk adalah awal
ketundukkan dan sujud adalah puncaknya.Yang melakukan rukuk dengan sempurna dan
benar akan menemukan keselarasan pada sujud. Imam Shadiq berkata” rukuk yang
benar kepada Alloh adalah menghiasi dengan cahaya keindahan asma Nya. Rukuk
adalah yang pertama dan sujud adalah yang kedua. Dalam rukuk ada adab
penghambaan dan dalam sujud ada kedekatan/Qurb dengan Zat yang disembah. Simbol
rukuk adalah hamba dengan hati tunduk kepada Alloh, merasa hina dan takut di
bawah kekuasaan-Nya. Merendahkan anggota badan karena gelisah dan takut tidak
memperoleh manfaat rukuk.
Tafsir Sujud/Huruf Mim
Sujud
merupakan puncak ketundukan dan puncak kekhusyukan seorang hamba, sebaik-baik
wasilah taqarrub ila Alloh, sebaik-baik posisi untuk mencapai cahaya-cahaya
tajalli Asma Alloh swt dan maqam Qurb dengan Nya. N. Saw bersabda :
“lamakanlah sujudmu”, sebab tiada amal yang lebih berat dan paling tak disukai
oleh syetan saat melihat anak Adam sedang sujud, karena dia telah
diperintahakan sujud dan dia tidak patuh. Sujud merupakan sebab mendekatnya
hamba dengan sang Kholik. Wahai orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan
sabar dan solat, sesungguhnya Alloh bersama orang yang sabar (al Baqarah:153).
Tafsir Salam/Huruf Yaa Sin
Salam
adalah salah satu nama Alloh. Arti Salam dari sisi Alloh adalah keselamatan
zat, sifat, perbuatan-Nya. Adapun Zatnya terpelihara dari kelenyapan, perubahan
dan dari segala kekurangan. Salam dari sisi Hamba adalah doa,yaitu memohon
keselamatan kepada Alloh untuk orang yang kita ucapkan salam /selamat dari
segala cobaaan dan bencana dunia akhirat. Salam juga berarti ungkapan
Kepasrahan/ ketundukan kepada Sunnatulloh ( Quran Hadits). Menurut Imam Shadiq
“salam adalah orang yang melaksanakan perintah Alloh dan melakukan sunnah Rosulillah
dengan ikhlas (intinya Ahad dan Ahmad), juga selamat dari bencana dunia
dan akhirat. Salam juga bermakna penghormatan kepada hamba yang sholih
(assalamu alaina wa ala ibadilahis sholihin) dan malaikat pencatat amal.
Al
Futuhat al Makkiyah, Karangan Ibnu Aroby, merujuk empat perjalanan akal
dalam bab 69 tentang rahasia rahasia shalat sebagai perjalanan spiritual
manusia. Perintah sholat 51 rokaat kepada Nabi Muhammad saw saat isro miroj:
Tuhan memerintahkan hambaNya itu supaya setiap Muslim setiap hari sembahyang
limapuluh kali. Kemudian untuk umatnya menjadi 17 rokaat wajib di lima waktu
dan sisanya 34 rokaat menjadi sunah muakkad- qobliyah dan bakdiya.
> Mulla Shadra dalam bukunya al Asfar al Arba’ah mengatakan:
“Ketahuilah
bahwa para pesuluk diantara orang Arif/ Irfan dan para Wali menempuh empat perjalanan
akal :
Perjalanan makhluk kepada kebenaran –diskusi metafisika umum (min al
khalq ila al Haq).
Pesuluk
mempelajari dasar-dasar metafisika umum dan dalilnya.pesuluk cenderung pada
kajian semantik dan metafisika dasar terhadap firman Ttuhan dalam Quran.
Perjalanan bersama kebenaran didalam kebenaran- pengalaman
metafisika khusus dengan pengalaman pribadi (bi al Haq fi al Haq).
Pesuluk
akan melihat sifat dan namaNya yang tertinggi baik nama yang mewujudkan
rahmatNya dan murkaNya. Hukum nama nama Alloh ini di dalam kejamakannya akan
mewujud di dalam diri pesuluk.Hal ini dikenal dengan makam wahidiyah atau tujuh
substansi halus (lataif).
Pesuluk akan mengalami rasa takut dan harapan (al khauf wa al raja).
Perjalanan dari Kebenaran menuju makhluk (min al Haq ila al al
khalq).
Setelah
mengalami fase peniadaan diri,pesuluk menerima karunia Tuhan dan kembali kepada
kesadaran diri. Pesuluk menyaksikan penciptaan dan alam kejamakan dalam diri
makhluk tetapi dengan mata yang lain, dengan pendengaran yang berbeda. Puncak
perjalan ketiga membawa pesuluk menuju kesucian/Wilayah(kewalian).
Perjalanan bersama Kebenaran di dalam makhluk (bi al Haq fi al khalq).
Maqam
penetapan hukum dan pembedaan dari baik dan buruk.ini adalah derajat kenabian,
penetapan hukum dan kepemimpinan atas umat manusia yang berhubungan dengan
urusan urusan mereka yang beragam dan berbeda-beda serta bagaimana mereka
saling berinteraksi satu sama lain. seorang `arif tak akan benar-benar mencapai
maqam spiritual tertinggi jika tidak memanifestasikan keimanan-puncak, yang
telah diraihnya lewat dua perjalanan pertama, dalam bentuk concern
sosial politik untuk mereformasi masyarakat dan membebaskan kaum tertindas dari
rantai penindasannya.Tidak lain maqam penetapan hukum (legislatif) atau
melibatkan diri dalam kemasyarakatan dan hubungan social, merupakan perwujudan
penebaran salam kepada makhluk yaitu Salaamun Qawlam Mir Rabbir Raheem yang
merupakan inti tafsir Yaa Sin.