Minggu, 20 Januari 2013

> Berlayar Menuju Ma’rifatullah

  • Menggapai ma’rifat ibarat berlayar jauh. 
Pagi dini hari harus sudah membongkar sauh.
Mengarungi samudera menuju matahari terbit.
Layar dibentang menuju Allah Al-Wahid.
Juru mudi perahu adalah iman.
Hakkul  yakin tawakal kepada Tuhan.
yang didamba tiada lain ridha ilahi
mengenal Allah pencipta langit dan bumi.

Perahu yang ditumpangi itulah syariat.
Beribadah kepada Allah patuh dan taat.
Perahu syariat harus kuat dan tangguh.
Agar selamat menempuh jarak yang jauh.

Perjalanannya mengikuti alur thariqat,
Jalan yang lurus terjauh dari maksiat
Dengan kalbu yang putih dan niat bersih
Insya-Allah tujuan akan mudah diraih.

Mata jeli mencari mutiara hakikat
Yang terserak di dasar laut ma’rifat.
Dengan hakikat orang menjadi tahu
Inti rahasia dari segala sesuatu.

Pelabuhan yang dituju ma’rifatullah,
Derajat terluhur bagi tiap hamba Allah.
Bila orang telah sampai di titik tertinggi,
Hidup menjadi penuh makna, penuh arti.

Menggapai ma’rifatullah harus serius,
                                                Tak boleh santai.
Sering harus menentang arus
                                                Menerjang badai
Badai hawa-nafsu dan godaan setan,
Badai musibah atau ujian Tuhan.

Berlayar menuju ma’rifatullah itu rahmat.
Mendekat kepada Allah sangat bermanfaat.
Barangsiapa dapat berlabuh dengan selamat,
Niscaya sejahtera hidup di dunia dan di akhirat.

Empat dimensi menuju Ma’rifat

# Mencapai ma’rifat bisa melalui empat dimensi,
   Dimensi pertama memiliki dasar iman yang kuat.
   Dimensi kedua melaksanakan hukum syariat,
   Dimensi ketiga menempuh ajaran thariqat.
   Dimensi keempat mampu menggali hakikat.
   Keempatnya berjalan seiring bersama-sama.
   Saling mendukung, membantu dan bekerja sama.
   Keempatnya hendaknya berjalan serempak
   Agar ma’rifatullah tercapai sampai puncak.

# Dasar iman sebagai pondasi ma’rifatullah,
   Tanpa iman tak mungkin mengenal Allah.
   Hukum syariat merupakan tiang agama,yakni
   Lakukan perintah dan menjauhi laranganNya.
   Ajaran thariqat sebagai upaya pembersih kalbu,
   Pembersih jiwa dan kotoran hawa nafsu.
   Dimensi hakikat mambahas tuntas inti masalah
   Yang mendasari semua ajaran ma’rifatullah.

# Ajaran ma’rifat di ibaratkan bangunan piramid
   Yang puncaknya mengenal Allah atas dasar tauhid.
   Iman tergelar sebagai dasar piramida.
   Syariat pilar pelaksana hukum agama.
   Thariqat pilar pencari  jalan yang bersih.
   Hakikat penggali inti ajaran yang jernih.
   Puncaknya ma’rifatullah, integrasi keempatnya.
   Mengenal Allah secara utuh tiada celanya.
   Masing dimensi tidak berdiri sendiri-sendiri.
   Keempatnya erat berkait saling mempengaruhi,
   Saling mendukung dan saling berinteraksi,
   Saling menguatkan dan saling mengisi.

# Mencapai ma’rifat bisa melalui empat dimensi,
   Dimensi pertama memiliki dasar iman yang kuat.
   Dimensi kedua melaksanakan hukum syariat,
   Dimensi ketiga menempuh ajaran thariqat.
   Dimensi keempat mampu menggali hakikat.
   Keempatnya berjalan seiring bersama-sama.
   Saling mendukung, membantu dan bekerja sama.
   Keempatnya hendaknya berjalan serempak
   Agar ma’rifatullah tercapai sampai puncak.

# Dasar iman sebagai pondasi ma’rifatullah,
   Tanpa iman tak mungkin mengenal Allah.
   Hukum syariat merupakan tiang agama,yakni
   Lakukan perintah dan menjauhi laranganNya.
   Ajaran thariqat sebagai upaya pembersih kalbu,
   Pembersih jiwa dan kotoran hawa nafsu.
   Dimensi hakikat mambahas tuntas inti masalah
   Yang mendasari semua ajaran ma’rifatullah.

# Ajaran ma’rifat di ibaratkan bangunan piramid
   Yang puncaknya mengenal Allah atas dasar tauhid.
   Iman tergelar sebagai dasar piramida.
   Syariat pilar pelaksana hukum agama.
   Thariqat pilar pencari  jalan yang bersih.
   Hakikat penggali inti ajaran yang jernih.
   Puncaknya ma’rifatullah, integrasi keempatnya.
   Mengenal Allah secara utuh tiada celanya.
   Masing dimensi tidak berdiri sendiri-sendiri.
   Keempatnya erat berkait saling mempengaruhi,
   Saling mendukung dan saling berinteraksi,
   Saling menguatkan dan saling mengisi.

# Mencapai ma’rifat bisa melalui empat dimensi,
   Dimensi pertama memiliki dasar iman yang kuat.
   Dimensi kedua melaksanakan hukum syariat,
   Dimensi ketiga menempuh ajaran thariqat.
   Dimensi keempat mampu menggali hakikat.
   Keempatnya berjalan seiring bersama-sama.
   Saling mendukung, membantu dan bekerja sama.
   Keempatnya hendaknya berjalan serempak
   Agar ma’rifatullah tercapai sampai puncak.

# Dasar iman sebagai pondasi ma’rifatullah,
   Tanpa iman tak mungkin mengenal Allah.
   Hukum syariat merupakan tiang agama,yakni
   Lakukan perintah dan menjauhi laranganNya.
   Ajaran thariqat sebagai upaya pembersih kalbu,
   Pembersih jiwa dan kotoran hawa nafsu.
   Dimensi hakikat mambahas tuntas inti masalah
   Yang mendasari semua ajaran ma’rifatullah.

# Ajaran ma’rifat di ibaratkan bangunan piramid
   Yang puncaknya mengenal Allah atas dasar tauhid.
   Iman tergelar sebagai dasar piramida.
   Syariat pilar pelaksana hukum agama.
   Thariqat pilar pencari  jalan yang bersih.
   Hakikat penggali inti ajaran yang jernih.
   Puncaknya ma’rifatullah, integrasi keempatnya.
   Mengenal Allah secara utuh tiada celanya.
   Masing dimensi tidak berdiri sendiri-sendiri.
   Keempatnya erat berkait saling mempengaruhi,
   Saling mendukung dan saling berinteraksi,
   Saling menguatkan dan saling mengisi.

Ilmu Ma’rifat Tiada Habisnya

Kesadaran ma’rifatullah harus disertai ilmu,
Tak mungkin ma’rifat dicapai tanpa ilmu.
Sebab, ma’rifatullah itu sendiri adalah ilmu
                                Dan sekaligus “ngelmu”*
Yang luasnya melebihi ruang angkasa biru
Misal membahas Ar-Rahman, Maha Kasih Allah:
Pada alam perlukan vulkanologi, oceanologi,
                                                                Astronomi.
Pada hewan perlukan biologi, zoology, anatomi.
Pada insan perlukan psikologi, antropologi,
                                                                Sosiologi.
Seribu “logi” tak akan habis membahas kasih Ilahi
Karena kasih Allah luasnya seluas galaksi
Maha Suci, Maha Tinggi, Maha Mencintai.

Salah satu sifat orang yang ma’rifat
Menyadari sedikitnya ilmu yang dimilikinya,
Menginsyafi minimnya ilmu yang dikuasainya.
Ma’rifatullah ibarat segelas air
Apabila kita minum habis airnya,
Berisi lagi air dengan sendirinya.
Apabila kita minum habis airnya
Berisi lagi air dengan sendirinya
Begitulah hakikat ilmu ma’rifat.
Tak akan habis kita meneguknya.
Tak akan tuntas kita mengkajinya.

Manusia sering bangga dengan ilmunya,
Bangga dengan penemuan-penemuan barunya,
Bangga dengan penemuan benda ruang angkasa.
Padahal hal itu bagi Allah masalah  biasa.
Bangga dengan penemuan “teknik kloning”nya.
Padahal hal itu bagi Allah  bukan apa-apa.

Bagaimana manusia bisa ma’rifatullah
Kalau hatinya bangga terhadap kekerdilannya?
Bagaimana manusia bisa mengenal Allah
Kalau ia sombong karena kejahilannya?

Ilmu barat dapat dipelajari di sekolah.
Ilmu syariat dapat dipelajari di madrasah.
Ilmu ma’rifat hanya dipelajari dalam kehidupan
Yang dekat dengan Tuhan, atas rahmat Tuhan.

SULIT DIDEFINISIKAN

  • Ma’rifatullah sulit didefinisikan,
Berbagai ahli berbeda penafsiran.
Ada yang menggapai ma’rifat dengan akal,
Mengenal Allah dengan logika yang rasional.
Ada yang mengutamakan langkah taqarrub
Mendekatkan diri kepada Allah Al-Wadud
Ada yang sampai hulul dan ittihad,
Luruh menyatu dengan dzat al-Ahad.
Masing pendekatan membawa hasil berbeda
Jika tak hati – hati bisa menyimpang arahnya.
  • Dapatkah insan luruh menyatu dengan Tuhan?
Dapatkah insan berpadu dengan dzat Al-Mannan?
Allah adalah Allah,
Insan adalah insan.
Allah sang Pencipta, insan yang dicipta.
Allah Al-Khalik, insan makhluk.
Allah Maha Perkasa, insan spesies yang papa.
Keduanya dua esensi yang jauh berbeda,
Tak mungkin insan luruh menyatu dengan Ta’ala.
Maka
Definisi yang keliru justru menyesatkan,
Definisi yang salah membawa kesalahfahaman
Membawa kejahilan dan kebatilan,
Membawa kegelapan pengertian.
  •  Ma’rifatullah sulit didefinisikan.
Begitu luas cakupan yang harus diraih.
Begitu banyak unsur – unsur yang harus dipilih.
Begitu beragam pengertian yang tumpang-tindih.
Maka mengkaji ma’rifat harus ekstra hati – hati.
Jangan sampai terperosok kesalahan definisi.
Harus berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah nabi.
Agar benar, lurus, sesuai ajaran Ilahi.
  • Ma’rifatullah sulit didefinisikan.
Ibarat tiga orang buta meneliti gajah :
Yang satu memegang belalainya,
Yang kedua memegang kakinya,
Yang lain memegang telinganya.
Masing – masing menganggap dirinya yang benar.
Ingat, hanya Allah Yang Maha Benar,
Yang Maha Besar, Yang Maha Akbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar