> MENEMBUS DIMENSI MA’RIFAT KETUHANAN 7JUDUL ASLI:KIMIAU ASSA'ADAH PENGARANG: IMAM ALGHAZALI PENTERJEMAH:MUHAMMAD HILMAN ANSHARY
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puja puji kepada Allah Swt yang telah mengangkat jiwa orang-orang yang suci dengan mujahadah[1], yang telah membahagiakan hati para wali dengan musyahadah[2],
yang telah menghiasi lisan orang-orang mukmin dengan zikir, yang telah
mengagungkan bisikan hati orang-orang Arif (berpengetahuan pada Allah)
dengan berfikir, yang telah menjaga khalayak hamba dari kerusakan, yang
telah menahan segala kesulitan dari para ahli zuhud, yang telah
menghindarkan orang-orang yang bertaqwa dari bayang-bayang syahwat, yang
telah mensucikan ruh orang-orang yakin dari gelapnya keraguan, yang
telah menerima semua amal perbuatan para manusia terpilih melalui
do’a-do’a dan yang telah menguatkan tali kaum merdeka dengan ikatan yang
kokoh.
Aku memuji-Nya dengan pujian mereka yang telah melihat tanda-tanda
kekuasaan dan kekuatan-Nya, yang telah menyaksikan ke-Mahatunggalan dan
wahdaniyah-Nya, yang telah mengetuk pintu-pintu rahasia-Nya dan
kemuliaan-Nya, yang telah memetik buah dari sujud dan ketaatan-Nya. Aku
mensyukuri-Nya dengan syukur mereka yang telah terbakar dan hanyut dalam
aliran sungai kemuliaan dan pemuliaan-Nya.
Aku mengimani-Nya dengan iman mereka yang telah mengakui
kitab-kitab-Nya, perintah-Nya, para nabi-Nya, para wali-Nya,
janji-janji-Nya, ancaman-Nya, pahala dan azab-Nya. Aku bersaksi tiada
Tuhan selain Allah Yang Maha Tunggal dan tak memiliki sekutu. Aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang diutus untuk
menghancurkan mata rantai kefasikan dan kerusakan moral, diutus untuk
memporakprandakan golongan pembangkang, diutus untuk memaksa
orang-orang musyrik dan peragu, diutus untuk menolong para pengikut
kebenaran dan kebaikan. Maka semoga keselamatan senantiasa Allah
anugerahkan kepadanya dan para sahabatnya.
TANDA-TANDA
PENGETAHUAN TENTANG DIRI
Ketahuilah ! bahwa pengetahuan tentang kimia kebahagiaan[3]
yang bersifat dhohir tidak ada dalam perbendaharaan ilmu kaum awam
kebanyakan, akan tetapi tersimpan dalam gudang ilmu para raja, demikian
juga dengan kebahagiaan. Ia hanya ada dalam gudang rahmat Allah Swt. Di
langit sana tersimpan esensi (jawhar) para malaikat, dan di bumi
tersimpan di hati para wali yang Arifbillah. Dan setiap orang yang
mencari ini tanpa bersandar hadrat kenabian[4],
maka ia telah salah jalan dan semua daya upayanya tak lebih seperti
uang dinar palsu. Ia kira dirinya kaya raya, tapi sebenarnya miskin di
hari kiamat sebagaimana ditegaskan Allah Swt:
“Maka Kami singkapkan daripadamu tutup yang menutupi matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (Q.S. Qaf [50]: 22).
Dari sekian rahmat Allah pada hamba-Nya, Dia telah mengutus seratus
dua puluh empat ribu nabi untuk mengajarkan seluruh manusia tentang
naskah kimia ini, mengajarkan mereka bagaimana menjadikan hati sebagai
tempaan mujahadah[5],
mengajarkan bagaimana membersihkan hati dari budi pekerti yang buruk
dan mengajarkan bagaimana mengendalikanya untuk menyusuri lorong-lorong
kesucian, seperti dijelaskan Allah Swt:
“Dialah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang rasul
diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan kitab dan hikmah.” (Q.S. al-Jum’ah [62]: 2).
Yaitu mensucikan mereka dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat
kebinatangan serta menjadikan sifat-sifat malaikat sebagai baju dan
hiasan mereka.
Adapun maksud dari Kimia ini adalah bahwa semua yang berhubungan
dengan sifat-sifat negatif maka wajib menanggalkannya, dan semua yang
berhubungan dengan sifat-sifat kesempurnaa maka wajib mengenakannya.
Satu-satunya rahasia keberhasilan KIMIA KEBAHAGIAAN ini adalah kembali
mundur dari keduniawian seperti ditegaskan oleh Allah Swt:
“Dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Q.S. al-Muzammil [73]: 8).
Dan keutamaan ini sangat banyak dan luas.
PASAL MENGENAI
PENGETAHUAN DIRI PRIBADI
Ketahuilah ! bahwa kunci mengetahui Allah (ma’rifah Allah) adalah mengetahui diri sendiri. Seperti firman-Nya:
“Kami akan memperlihatkan pada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami atas segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al-Qur’an adalah benar.” (Q.S. Fussilat [41]: 52).
Demikian pula sabda Nabi Saw:
“Siapa saja yang tahu akan dirinya, maka ia telah mengetahui Tuhannya.”
Tidak ada sesuatupun paling dekat denganmu kecuali dirimu sendiri.
Maka jika kamu tidak mengetahui dirimu, bagaimana mungkin kamu bisa
mengetahui Tuhanmu?
Jika kamu katakan bahwa aku telah mengetahui diriku, yang kamu tahu
sebenarnya adalah diri bagian jasmani (anggota badan) yang terdiri dari
tangan, kaki, kepala dan lainnya. Kamu tidak mengetahui apa yang
tersimpan dalam batinmu, yang bila sedang marah, ia mendorongmu untuk
bertengkar. Jika sedang bernafsu, ia mengajakmu kawin. Jika sedang
lapar, ia memintamu makan, jika sedang haus, ia menuntutmu minum, dan
hewan sangat mirip denganmu dalam hal ini. Maka itu, yang wajib Anda
lakukan adalah mengenalkan hakikat pada dirimu hingga Anda tahu apa
sebenarnya dirimu, dari mana kamu datang hingga sampai di tempat ini,
untuk tujuan apa kamu diciptakan, dengan apa kamu bisa meraih
kebahagiaan dan dengan apa kamu mendapatkan kepuasan.
Dalam jiwamu terkumpul berbagai macam sifat, diantaranya sifat-sifat
binatang jinak, binatang buas, pun demikian sifat-sifat malaikat. Maka
ruh adalah hakikat jauharmu yang paling esensial, lainnya adalah unsur
asing dan kosong telanjang. Maka yang wajib kamu lakukan adalah
mengetahui hal ini. Bahwa bagi sifat-sifat itu ada ransom makananya dan
kebahagianya.
Kebahagiaan binatang jinak terletak pada makan, minum, tidur dan
kawin, maka jika kamu merasa bagian dari mereka, kenyangkan perutmu dan
puaskan kelaminmu. Kebahagiaan akan dirasakan binatang buas ketika mampu
menyerang dan melumpuhkan mangsa, kebahagiaan setan terletak pada
makar, kejahatan dan tipuan, maka jika kalian merasa bagian dari mereka,
berbuatlah seperti yang mereka perbuat.
Kebahagiaan para malaikat, ketika mereka hadir mengalami indahnya
hadrat kesakralan Tuhan, bagi mereka tak ada jalan sedikitpun untuk
amarah dan syahwat. Jika Anda merasa bagian dari jauhar hakikat
malaikat, berjuanglah mengenal asalmu sampai Anda tahu jalan menuju Hadrat Ilahiah(hadirnya
kesakralan Tuhan), sampai Anda bisa menyaksikan Jalal-Nya(keagungan)
dan Jamal-Nya(keindahan), sampai Anda mampu menjernihkan dirimu dari
belenggu amarah dan syahwat, sampai Anda tahu untuk apa sifat-sifat ini
menjadi bagian darimu. Allah Swt tidak menciptakan semua sifat itu agar
mereka menawanmu, tapi Ia menciptakannya agar mereka menjadi tawananmu,
agar bisa mendorongmu berjalan, yaitu kedua kakimu dan agar salah
satunya bisa Anda jadikan tunggangan sedangkan lainnya sebagai senjata
hingga Anda mencapai kebahagiaan. Jika Anda telah sampai pada tujuanmu,
maka tekanlah ia di bawah kedua kakimu dan kembalilah ke tempat
kebahagiaanmu. Tempat itu adalah rumah bagi para khawas (orang-orang
khusus) yang menyaksikan Hadirat Ilahi (al-Hadrah al-Ilahiyyah), sedang
rumah-rumah para awam adalah tingkatan-tingkatan dalam syurga. Anda
sangat memerlukan dan mengerti makna-makna ini untuk bisa mengetahui
sedikit saja tentang dirimu.
Dan barangsiapa yang tidak memahami pada makna-makna ini, maka ia
hanya mendapat bagian kepingan-kepingannya saja, karena hakikat yang
sebenarnya terhijab (tertutup) baginya.
Ed:1
PASAL MENGENAI HATI, JIWA & RUH
Jika Anda berkemauan mengetahui dirimu, maka ketahuilah ! bahwa Anda sebenarnya terdiri dari dua hal:
Pertama, hati, dan
Kedua yang disebut jiwa atau ruh. Jiwa atau ruh adalah hati yang
biasa Anda sebut sebagai mata hati. Hakikatmu adalah yang batin, karena
jasad yang tampak pertama sebenarnya merupakan yang terakhir, dan jiwa
yang Anda sangka sebagai terakhir sebenarnya yang pertama, atau disebut
hati.
Hati bukanlah sepotong daging yang terletak di dada sebelah kiri,
karena itu hanya berlaku bagi binatang dan jasad mati. Segala sesuatu
yang Anda lihat dengan mata dhohir adalah alam ini atau yang disebut
alam syhadah. Sedangkan hakikat hati bukanlah bagian alam ini, tapi alam
ghaib, dan hati dialam ini adalah hal asing. Potongan daging itu
hanyalah wadahnya, semua anggota tubuh jasmanii adalah bala tentaranya,
sedang ia adalah rajanya. Ma’rifah Allah (mengetahui Allah) dan
musyahadah (menyaksikan) keindahan hadir-Nya adalah sifat-sifat hati,
beban baginya dan perintah untuknya. Dari situ ia mendapatkan pahala dan
siksa, kebahagiaan dan kepuasan mengikutinya, demikian ruh hewani pun
senantiasa mengintainya dan selalu membuntutinya.
Mengetahui hakikat hati dan memahami sifat-sifat hati adalah kunci
Ma'rifatullah (mengetahui Allah Swt). Maka Anda harus berjuang keras
untuk mengetahuinya, karena ia adalah jauhar aziz (esensi mulia) bagian
dari Jauhar Malaikat (esensi para malaikat) yang bahan dasarnya berasal
dari Hadirat Ilahi, dari tempat itu ia datang dan ke tempat yang sama ia
kembali.
Ed2
PASAL MENGENAI HAKIKAT HATI &RUH
Adapun pertanyaanmu apa hakikat hati, syari’ah tidak menjelaskannya secara panjang lebar kecuali dalam satu ayat:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku.” (Q.S. al-Isra [17]: 85).
Karena ruh merupakan bagian dari kekuasaan ilahiah, yaitu dari ‘alam al-amr (kuasa perintah Tuhan) Allah Swt berfirman:
“Ingatlah, yang menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.” (Q.S. al-A’raf [7]: 54).
Dengan demikian, pada satu sisi manusia merupakan bagian dari ‘alam
al-khalq (alam ciptaan) dan pada sisi lain bagian dari ‘alam al-amr.
Segala sesuatu yang bisa dikenai ukuran panjang lebar, kadar dan
mekanisme adalah termasuk ‘alam al-khalq[6],
namun hati tak memiliki ukuran panjang lebar dan ukuran tertentu. Oleh
karena itu, ia tak menerima pembagian. Jika bisa dibagi, maka ia
termasuk ‘alam al-khalq. Contohnya, dari sisi sifat bodoh, maka ia pun
menjadi bodoh dan dari sisi sifat pintar, ia pun menjadi pintar. Namun
segala sesuatu yang terdiri dari sifat bodoh dan pintar pada saat yang
sama adalah mustahil. Dengan kata lain, ia bagian dari ‘alam al-amr,
karena dalam ‘alam al-amr tidak berlaku ukuran panjang lebar dan ukuran
tertentu.
Sebagian dari mereka mengira bahwa ruh bersifat qadim (awal), maka
mereka telah salah. Sebagian lain berpendapat ruh adalah ‘ard (sifat),
maka mereka pun salah, karena sifat tak pernah berdiri sendiri, tapi
mengikuti yang lain.
Maka, ruh adalah asal anak Adam, dan hati adalah tempat tumbuhnya
mereka. Jadi, bagaimana mungkin dia adalah sifat! Sebagian golongan
mengatakan ruh adalah badan jamani, mereka juga salah, karena badan
jasmani menerima pembagian.
Dan ruh yang sejak tadi kita sebut hati adalah media untuk mengetahui
Allah. Oleh karena itu, ia bukan merupakan badan, juga bukan sifat,
melainkan unsur esensi malaikat.
Mengetahui tentang ruh sangatlah sulit[7],
karena agama tak memberi jalan sedikit pun. Dan agama tak memerlukan
untuk mengetahuinya, sebab agama esensinya adalah kesungguhan
(mujahadah), sedang ma’rifah (mengetahui) adalah tanda hidayah,
sebagaimana firman-Nya:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Q.S.
al-Ankabut [29]: 69).
Dan barangsiapa yang tidak bersungguh-sungguh, ia tidak boleh
membahasnya atau mencari hakikat ruh. Dasar utama dari mujahadah adalah
mengetahui tentara hati, karena manusia jika tidak mengetahui seluk
beluk kemiliteran, ia tidak dibenarkan untuk berjihad.
Ed3
PASAL MENGENAI JIWA SEBAGAI KENDARAAN HATI
Ketahuilah ! bahwa jiwa adalah kendaraan hati, hati memiliki bala tentara, seperti dijelaskan Allah Swt:
“Dan tak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri.” (Q.S. al-Mudatstsir [74]: 31).
Hati diciptakan untuk pekerjaan alam akhirat, agar mendapatkan
kebahagiaannya. Kebahagiaan hati adalah dengan mengetahui Tuhannya.
Mengetahui Tuhannya bisa didapatkan melalui ciptaan Allah swt dari
berbagai ‘alam-Nya. Keajaiban alam tak mungkin terlihat kecuali melalui
panca indera, dan panca indera berasal dari hati yang mengambil jiwa
sebagai sarananya. Kemudian dilanjutkan dengan mengetahui tehnis
kerjanya dan jaringannya. Jiwa tak berfungsi kecuali dengan makan,
minum, suhu panas dan kelembapan tertentu. Ia lemah saat dihampiri
bahaya dari dalam, yaitu lapar dan haus, demikian juga saat melawan
bahaya luar, seperti air dan api. Ia menghadapi banyak musuh.
Ed4
PASAL MENGENAI SYAHWAT & AMARAH
Anda juga perlu mengetahui adanya dua macam bala tentara, yaitu bala
tentara bagian luar(dhohir) yang terdiri dari syahwat dan amarah,
berikut tempat-tempatnya pada kedua tangan,kedua kaki, kedua mata, kedua
telinga dan semua anggota badan. Sedangkan tentara bagian dalam
terletak dalam otak kepala, yaitu daya khayal, daya pikir, daya hafal,
ingatan dan bingung. Setiap kekuatan ini memiliki fungsi khusus, jika
salah satunya lemah, maka kondisi manusia pun akan lemah dalam dua alam
(dunia-akhirat). Satu bagian yang mencakup dua hal ini adalah hati dan
ia adalah pemimpinnya. Jika hati menyuruh lidah menyebutkan sesuatu,
maka ia akan menyebutkannya. Jika memerintahkan tangan untuk menyerang,
maka ia akan menyerang. Jika menyuruh kaki untuk melangkah, maka ia pun
akan melangkah. Demikian pula panca indera, hingga bisa menjaga diri
agar tetap bisa menyimpan pahala untuk di akhirat, berfungsi secara
baik, menyeselesaikan kontrak kerja dan menghimpun butiran-butiran
kebahagiaan. Dan mereka semua tunduk dan patuh kepada perintah hati
sebagaimana para malaikat yang tunduk dan patuh pada perintah Tuhannya
dan tidak berani menentang perintahnya.
Ed5
PASAL MENGENAI MENGETAHUI HATI DAN
BALA TENTARANYA
Ketahuilah !, seperti dikatakan dalam pepatah terkenal; jiwa
diibaratkan sebuah kota, kedua tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh
sebagai lahannya, kekuatan syahwat sebagai walikotanya, amarah sebagai
kendaraanya, hati sebagai rajanya dan akal sebagai perdana menterinya.
Raja bertugas mengatur segenap aparatur agar kondisi kerajaan tetap
stabil, karena sang walikota atau syahwat adalah pembohong, acuh tak
acuh dan ambisius. Demikian pula kendaraan yaitu amarah teramat jahat,
pembunuh dan perusak. Jika sejenak saja sang raja meninggalkan mereka
dalam keadaan aslinya, mereka akan menguasai kota dan merusaknya. Maka
sang raja wajib berkonsultasi pada sang menteri dan menjadikan sang wali
dan bagian transportasi dibawah pengawasan sang menteri. Jika ia
melakukan hal itu, maka kondisi kerajaan akan tetap stabil, dan kota
akan makmur. Demikian juga hati juga bermusyawarah pada akal untuk
menjadikan syahwat dan amarah di bawah kekuasaannya sampai kondisi jiwa
menjadi stabil dan bisa mengantarkan pada sebab-sebab kebahagiaan, yaitu
mengetahui Hadirat Ilahi ( Ma'rifat alhadrat al-ilahiyah).
Seandainya akal dalam kondisi di bawah kekuasaan amarah dan syahwat,
maka jiwanya akan rusak dan hatinya tidak akan bahagia di akhirat kelak.
Ed 6
PASAL MENGENAI
AMARAH&SYAHWAT PEMBANTU JIWA
Ketahuilah ! bahwa syahwat dan amarah pembantu jiwa. Keduanya
senantiasa menarik-nariknya, terus mempertahankan urusan makan, minum
dan kawin sebagai media indera. Kemudian jiwa mempekerjakan indera
sebagai jaringan akal dan mata-matanya, yang dengannya ia mampu
menyaksikan kehadiran Allah Swt. Kemudian indera juga mempekerjakan
akal, yaitu hati sebagai lentera dan lampu yang melalui cahayanya ia
bisa melihat Hadrat Ilahiah . Dengan demikian, kenikmatan perut dan
kemaluannya menjadi terhinakan. Kemudian akal juga memfungsikan hati,
sebab hati diciptakan untuk memandang keindahan Hadrat Ilahiah. Barang
siapa yang berdaya upaya dalam fungsi ini, maka ia adalah hamba yang
sebenarnya, yang terlahir dari al-hadrah al-ilahiyah, sebagaimana
firman-Nya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Q.S. az-Zariyat [61]: 56).
Artinya, bahwa Kami telah menciptakan hati, memberinya kerajaan dan
memberinya pasukan tentara. Kami juga telah menjadikan jiwa sebagai
kendaraannya hingga ia bisa berjalan dari alam ke-Tanah-an ke alam atas
yaitu ‘Illiyin.
Maka jika berkeinginan melaksanakan hak anugerah kenikmatan ini,
duduklah dalam kerajaannya, jadikan Hadrat al-Ilahiah sebagai kiblat dan
tujuannya, jadikan akhirat sebagai tanah air dan akhir keputusannya,
jadikan jiwa sebagai kendaraannya, dunia sebagai rumahnya, kedua tangan
dan kaki sebagai pembantunya, akal sebagai menterinya, syahwat sebagai
karyawannya, amarah sebagai angkutannya dan indera sebagai mata-matanya.
Masing-masing bagian itu adalah cerminan dari setiap alam yang
menghimpun semua keadaan mengenai keadaan alam-alam lainnya. Daya khayal
di bagian permukaan otak seperti seorang komandan yang bertugas
menghimpun semua informasi para mata-mata. Daya hafal pada bagian tengah
otak bagaikan pemilik peta yang bertugas menghimpun penggalan-penggalan
dari tangan sang komandan yang kemudian disampaikan kepada akal. Jika
informasi-informasi ini sampai pada sang menteri, maka ia akan melihat
keadaan kota yang sebenarnya.
Jika Anda melihat salah satu dari mereka melanggar, seperti syahwat
dan amarah, maka Anda harus berusaha keras( bermujahadah) menaklukanya.
Tidaklah mujahadah ini untuk membunuh syahwat dan amarah, sebab kerajaan
tak akan bertahan tanpa keduanya. Jika Anda melakukannya, maka Anda
adalah orang yang berbahagia, yang telah melaksanakan urusan yang hak
untuk dilakukan yaitu anugerah nikmat, wajib bagimu menghadiahkan
sesuatu pada saatnya, jika tidak, maka Anda tidak akan bahagia, dikenai
siksa dan diwajibkan bertaubat.
ed
PASAL MENGENAI
TIGA FORMASI KEBAHAGIAN
Kebahagiaan sempurna dibangun di atas tiga hal, kekuatan amarah, kekuatan syahwat dan kekuatan ilmu[8].
Tiga hal ini harus diseimbangkan agar kekuatan syahwat tidak muncul
menguasai yang justru akan merusak anda. Demikian juga kekuatan amarah
agar tidak menguasai dan membodohi, yang akan merusak dan mengahncurkan
anda. Jika kedua kekuatan tersebut seimbang dengan adanya kekuatan
keadilan dan keseimbangan, maka keduanya akan menuju pada jalan hidayah.
Jika amarah semakin menguat, maka akan mudah pada terjadinya
penyerangan dan pembunuhan, sebaliknya jika amarah melemah, maka
kewaspadaan, ketentraman dalam agama dan dunia akan hilang. Namun jika
diseimbangkan, yang akan muncul adalah kesabaran, keberanian dan
kebijaksanaan.
Syahwat-pun demikian, jika semakin mendominasi, maka akan muncul
adalah kejelekan dan kejahatan, sebaliknya jika syahwat melemah , maka
akan menyebabkan kelemahan dan ketidakgairahan. Namun jika terkendali
seimbang, yang ada adalah kesucian (‘iffah), kepuasan (qana’ah) dan
sifat-sifat sejenis lainnya.
ed
PASAL MENGENAI HATI;PRILAKU JELEKNYA & BAGUSNYA
Ketahuilah ! bahwa hati dan bala tentaranya memiliki keadaan dan
sifat-sifat yang sebagian disebut dengan budi pekerti buruk dan sebagian
lain disebut budi pekerti terpuji. Budi pekerti terpuji akan
mengantarkan pada kebahagiaan, dan akhlak buruk mengantarkan pada
kehancuran dan siksa.
Semua ini terdiri dari empat jenis budi pekerti( akhlak). Yaitu:
akhlak setan, akhlak binatang jinak, akhlak binatang buas dan akhlak
malaikat. Perilaku jelek, yaitu makan, minum, tidur dan kawin adalah
akhlak binatang jinak. Tingkah laku amarah pemukulan, pembunuhan dan
pertikaian adalah akhlak binatang buas. Prilaku-prilaku jiwa seperti
makar, penipuan, kecurangan dan hal lain sejenis adalah akhlak setan.
Terakhir, kegiatan berfikir yang menghasilkan rahmat, ilmu dan kebaikan
adalah akhlak malaikat.
ed
PASAL MENGENAI
EMPAT HAKIKAT DALAM KULIT MANUSIA
Ketahuilah ! bahwa dalam kulit anak adam(manusia) terdapat empat hal,
anjing, babi, setan dan malaikat. Anjing tercela dari segi sifatnya dan
bukan dari bentuknya. Begitupun setan dan malaikat, hal-hal tercela dan
keterpujianya[9]
hanya pada sifat-sifatnya dan bukan pada bentuk atau prilakunya. Babi
pun demikian, tercela dalam sifat-sifatnya bukan pada bentuk dan
tingkah lakunya.
Karenanya manusia diperintahkan untuk menyingkap gelapnya kebodohan
dengan cahaya akal, agar terhindar dari segala macam fitnah. Seperti
ditegaskan Rasul Saw:
“Tak seorangpun (dari manusia) kecuali memiliki setan, aku juga
memiliki setan. Sungguh Allah telah menjagaku dari setanku hingga aku
bisa menguasainya.”[10]
Demikian syahwat dan amarah seharusnya berada dibawah kendali akal,
keduanya hanya boleh berbuat bergerak melakukan sesuatu dengan kendali
akal. Maka jika seseorang berbuat demikian, ia benarlah baginya disebut
berakhlak terpuji yaitu; sifat malaikat dan merupakan benih kebahagiaan.
Jika melakukan kebalikannya, maka ia disebut berakhlak tercela yaitu
sifat-sifat setan dan merupakan benih dari siksa.Dalam tidur ia akan
melihat dirinya seakan berdiri terpasung menjadi budak anjing dan babi.
Orang ini seperti lelaki muslim yang membawa beberapa muslim lainnya dan
menahan mereka di penjara orang-orang kafir.
Bagaimana keadanmu jika nanti pada hari kiamat sang raja, yaitu akal,
menahanmu dibawah kekuasaan syahwat dan amarah, yaitu anjing dan babi?
ed
PASAL MENGENAI EMPAT KONDISI MANUSIA PADA HARI KIAMAT
Ketahuilah ! bahwa manusia saat ini dalam bentuk anak Adam, esok saat
makna-makna itu tersingkap, mereka pun keluar dalam bentuk menyesuaikan
dengan makna masing-masing. Mereka yang dominan amarahnya, maka akan
berdiri dalam bentuk anjing. Mereka yang dominan nafsunya, maka akan
berdiri dalam bentuk babi, sebab bagaimanapun bentuk selalu mengikuti
makna-makna. Seorang yang tertidur akan melihat semua yang ada dalam
jiwanya. Demikian pula karena isi jiwa manusia teridentifikasi dalam
empat hal di atas, maka ia harus mengintai setiap gerak-geriknya,
diamnya dan mengenali diri termasuk bagian mana dari yang empat.
Sifat-sifat itu ada dalam hati dan terus bertahan hingga hari kiamat,
dan jika masih tersisa secuil kebaikan, maka itu adalah benih
kebahagiaan. Sebaliknya jika yang tersisa adalah secuil kejelekan, maka
ia pun merupakan benih dari siksa. Manusia tak akan pernah berhenti
bergerak dan diam, hatinya bagaikan kaca, akhlak tercela bagaikan asap
dan kegelapan, jika menyentuhnya, maka seketika ia menggelapkan jalan
menuju kebahagiaan. Akhlak terpuji bagaikan cahaya dan pancarannya, jika
sampai pada hati, maka ia akan membersihkannya dari gelapnya
kemaksiatan. Seperti sabda Rasul Saw:
“Ikutkanlah pada perbuatan jelek itu perbuatan baik yang akan menghapusnya.”[11]
Dan hati bisa jadi terang dan gelap, semua tak akan lolos kecuali mereka yang mendatangi Allah dengan hati yang pasrah.
PASAL MENGENAI KELEBIHAN MANUSIA ATAS BINATANG
Ketahuilah ! bahwa nafsu dan amarah yang ada bersama binatang juga
terdapat pada anak Adam. Akan tetapi manusia diberi tambahan lain[12]
sebagai bekal untuk memperoleh kemuliaan dan kesempurnaan. Dengan hal
tersebut, ia bisa mengetahui Allah dan keindahan ciptaan-Nya. Dan dengan
hal tersebut manusia bisa menyelamatkan dirinya dari kekuasaan nafsu
dan amarah serta meraih sifat-sifat malaikat. Dengan demikian, manusia
diberi sifat-sifat binatang jinak dan buas, yang semuanya ditundukka
Allah untuk manusia. Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah:
“Dia telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan yang ada di bumi semuanya.” (Q.S. al-Jasiyah [45]: 13).
PASAL MENGENAI
KEAJAIBAN HATI&
DUA PINTU HATI
Ketahuilah ! bahwa hati memiliki dua pintu ilmu, satu untuk
mimpi-mimpi dan lainnya untuk ilmu sadar, yaitu pintu untuk ilmu realita
(zahir). Saat manusia tertidur, pintu-pintu indera tertutup,
dibukakanlah pintu bathin dan disingkapkan realitas alam ghaib dari alam
malakut dan Lauh Mahfudz seperti cahaya yang terang benderang. Untuk
menyingkapnya dibutuhkan semacam tafsir mimpi. Sedang ilmu yang
dihasilkan dari realita (zahir) dikira oleh manusia akan memunculkan
kesadaran diri, dan bahwa keadaan sadar lebih utama, meskipun sebenarnya
ia tidak bisa melihat sesuatupun dari alam ghaib. Bagaimana pun sesuatu
yang terlihat antara keadaan sadar dan tidur tetap lebih utama sebagai
pengetahuan daripada apa yang terlihat melalui indera.
PASAL MENGENAI CERMIN HATI
Disamping itu, Andapun mesti tahu bahwa hati seperti cermin, Lauh
Mahfudz pun demikian. Karena di dalamnya terdapat gambaran dari semua
realitas (mawjudat). Jika Anda hadapkan cermin satu dengan lainnya, maka
masing-masing gambar pada setiap cermin akan saling menghiasi yang
lainnya. Demikian pula semua gambar (suwar) pada Lauh Mahfudz akan
tampak dalam hati jika ia telah suci dari nafsu dunia. Jika masih
disibukkan dengannya, maka alam malakut akan tetap tertutup. Jika pada
saat tidur manusia tak terhubungkan dengan obyek indera, maka ia akan
menyaksikan esensi (jawhar) alam malakut dan akan terlihat sebagian
gambar yang ada pada Lauh Mahfudz. Jika manusia menutup pintu indera
hanya sekedarnya, maka ia hanya memasuki dunia khayal. Karena itu, ia
melihat sesuatu yang masih tertutupi pada bagian luarnya dan bukanlah
hakikat murni yang tersingkapkan. Jika hati telah mati bersama si
pemiliknya, maka pada saat itu tidak ada yang namanya khayal, dan tidak
juga indera. Oleh karena itu, pada saat tersebut hati mampu melihat
dengan tanpa keraguan ataupun khayalan. Dan ketika itu, diucapkan
padanya:
“Maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam.” (Q.S. Qaf [50]: 22).
PASAL MENGENAI HATI, ILHAM &ALAM MALAKUT
Ketahuilah! bahwa tak seorangpun dari anak Adam kecuali hatinya telah
dimasuki sentuhan-sentuhan suci melalui jalan ilham, dan hal itu tidak
masuk melalui indera, akan tetapi masuk dalam hati tanpa tahu dari mana
asalnya, sebab hati termasuk alam malakut, dan indera tercipta untuk
alam ini, yaitu alam al-mulk (alam kuasa). Karenanya ia menjadi
penghalang jiwa dari menyaksikan alam malakut manakala tidak tersucikan
dari aktifitas indera.
PASAL MENGENAI DIBALIK KETERBUKAAN HATI
Jangan Anda kira kelembutan ini hanya terbuka pada saat tidur dan
mati saja, tapi ia pun terbuka saat sadar bagi mereka yang ikhlas
berjihad, ikhlas melakukan riyadah (latihan) dan menyelamatkan diri dari
kekuasaan nafsu, amarah, akhlak tercela dan perbuatan buruk. Jika ia
duduk di tempat sepi dan mengosongkan dirinya dari dari aktifitas
indera, kemudian membuka mata hati dan pendengarannya, menjalankan
fungsi hatinya sebagai bagian dari alam malakut, terus menerus menyebut
kalimat Allah, Allah, Allah, dengan hatinya dan dengan tidak dengan
lidahnya sampai ia tak mendapatkan informasi dari dirinya dan alam
sekitarnya sedikitpun, dan yang ia lihat hanyalah Allah[13],
maka kekuatan itu akan terbuka, apa yang ia lihat disaat tidur, ia bisa
lakukan pada saat sadar, yang tampak adalah ruh para malaikat dan para
nabi, gambar-gambar bagus yang indah dan mulia, saat itu tersingkaplah
kerajaan langit dan bumi. Ia bisa lihat semua yang tak bisa dijelaskan
dan tak bisa digambarkan, sebagaimana sabda Rasul Saw:
“Dibentangkan padaku bumi, seketika kulihat ujung barat dan timur.”[14]
Allah Swt menjelaskan:
“Dan demikianlah Kami perlihatkan pada Ibrahim tanda-tanda keagungan
Kami (yang terdapat) di langit dan bumi.” (Q.S. al-An’am [6]: 75).
Karena semua ilmu para nabi melalui jalan ini dan bukan melalui jalan indera, seperti ditegaskan Allah Swt:
“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Q.S. al-Muzammil [73]: 8).
Artinya terputus dari segala sesuatu, penyucian diri dari segalanya
dan terus memohon kesempurnaan pada-Nya, ini adalah jalan (tariq) kaum
sufi zaman ini. Sedang cara pengajaran, adalah jalan (tariq) para ulama.
Semua ini dirangkum dari jalan kenabian. Begitu juga ilmu para auliya’,
sebab ilmu itu tertanam dalam hati mereka tanpa melalui perantara,
yaitu dari Hadirat Ilahi sebagaimana firman-Nya:
“Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya di antara ilmu-ilmu dari sisi Kami.” (Q.S. al-Kahfi
[18]: 65).
Jalan ini tidak akan dipahami tanpa melalui latihan, dan jika tak
dihasilkan dengan rasa, maka ia pun tak bisa dihasilkan melalui
pengajaran[15].
Yang seharusnya dilakukan adalah mempercayainya hingga kita bisa
mendapatkan kebahagiaan mereka, dan ini adalah sebagian keajaiban hati.
Siapa yang tak melihat, ia tidak akan mempercayainya, seperti
firman-Nya:
“Yang sebenarnya mereka mendustakan apa yang mereka belum
mengetahuinya dengan sempurna, padahal belum datang kepada mereka
penjelasannya.” (Q.S. Yunus [10]: 39), dan firman-Nya:
“Dan ketika mereka tidak mendapat petunjuk dengannya (Alqur’an) maka mereka berkata:
“Ini adalah dusta yang lama.” (Q.S. al-Ahqaf [46]: 11).
PASAL MENGENAI SEMUA MANUSIA BERHAK ATAS RAHASIA KETUHANAN
Jangan Anda mengira semua ini khusus untuk para nabi dan para wali
saja, sebab esensi anak Adam dari asal penciptaannya memang untuk tujuan
ini, seperti unsur besi agar dibuat cermin yang bisa digunakan untuk
melihat gambaran alam, kecuali yang berkarat dan membutuhkan penyepuhan,
atau besi kering yang membutuhkan pengecatan sebab sewaktu-waktu bisa
patah. Demikian juga hati, jika nafsu dan kemaksiatan mendominasinya,
maka ia tidak akan mencapai derajat ini. Hal ini sebagaimana yang
disabdakan Rasul Saw:
“Semua yang terlahir berada dalam fitrah (esensi) Islam.”,[16]
Allah berfirman:
“Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Anda Tuhan kami).”
(Q.S. al-A’raf [7]: 172).
Begitupun anak Adam, fitrahnya adalah mempercayai akan ketuhanan Allah, seperti dalam firman-Nya:
“Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (Q.S. ar-Rum [30]: 30).
Para nabi dan para wali adalah anak Adam, Allah berfirman:
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu.” (Q.S. Fussilat [41]: 6).
Setiap yang menanam pasti memetik, siapa saja yang berjalan, pasti
sampai, siapa yang memohon, pasti akan mendapatkan. Permohonan tidak
akan berhasil tanpa mujahadah – permintaan orang yang telah renta dan
arif telah melalui jalan ini – jika dua hal ini berlaku pada seseorang,
maka Allah telah berkehendak menganugerahinya kebahagiaan dengan hukum
azali hingga ia mencapai derajat ini.
PASAL MENGENAI NIKMAT DAN KEBAHAGIAAN MANUSIA TERLETAK PADA MA’RIFAH ALLAH
Ketahuilah ! bahwa segala sesuatu memiliki rasa bahagia, nikmat dan
kepuasan. Rasa nikmat akan diperoleh apabila ia melakukan semua yang
diperintahkan oleh tabiatnya. Tabiat segala sesuatu adalah semua yang
tercipta untuknya. Kenikmatan mata pada gambar-gambar indah, kenikmatan
telinga pada bunyi-bunyi yang merdu, dan demikian semua anggota badan.
Kenikmatan hati hanya dirasakan ketika mengetahui Allah (ma’rifah
Allah), sebab ia diciptakan untuk melakukan hal itu. Semua yang tidak
diketahui manusia, tatkala ia mengetahuinya maka ia akan berbahagia,
seperti permainan catur, ketika mengetahuinya ia pun senang, jika ia
dijauhkan dari permainan itu, maka ia takkan meninggalkannya dan tak
akan sabar untuk kembali memainkannya. Begitu juga mereka yang telah
sampai pada ma’rifah Allah[17],
pun merasa senang dan tak sabar untuk menyaksikan-Nya, sebab kenikmatan
hati adalah makrifat, setiap kali makrifat bertambah besar, maka
nikmatpun bertambah besar pula.
Karenanya, ketika manusia mengetahui sang menteri, maka ia akan
senang, lebih-lebih jika tahu sang raja, maka kebahagiaannya tentu lebih
besar lagi.
Tak ada satu keberadaan pun di alam ini yang lebih mulia dari Allah
Swt, sebab kemuliaan yang dimiliki, semua oleh sebab-Nya dan dari-Nya,
semua keajaiban alam adalah karya-Nya, tak ada pengetahuan (ma’rifah)
PASAL MENGENAI
ALAM DAN SARIPATI MANUSIA
Ketahuilah ! bahwa jika anak Adam disarikan dari alam, padanya
terdapat segala gambaran alam yang masih bisa kita temukan akarnya,
sebab tulang-belulang ini seperti pegunungan, dagingnya seperti debu,
bulu-bulunya bagaikan tumbuhan, kepalanya bagaikan langit, inderanya
seperti bintang, penjelasan mengenai hal ini sangatlah panjang. Demikian
bagian dalamnya pun menyimpan gambaran alam, sebab fungsi pencernaan
yang ada dalam lambung mirip dengan seorang ahli masak. Kekuatan yang
ada pada limpa sama dengan pembuat roti, kekuatan pada usus bagaikan
tukang cukur, kekuatan yang memutihkan susu dan memerahkan darah
bagaikan tukang sepuh, penjelasan mengenai hal ini cukup panjang, yang
penting adalah hendaknya kamu mengetahui berapa banyak alam yang
tersimpan bersamamu, yang terus sibuk melayanimu, sedang Anda malah
mengabaikannya, dan mereka takpernah beristirahat, Anda bahkan tak
mengenalnya dan tak bersyukur pada-Nya yang telah menganugerahkan semua
itu untukmu.
PASAL MENGENAI PENGETAHUAN TENTANG KOMPOSISI JASAD BADAN DAN MANFAAT-MANFAAT ANGGOTA TUBUH
Ilmu ini sangatlah agung, kebanyakan manusia mengabaikannya, demikian
juga ilmu kedokteran. Setiap mereka yang ingin melihat dirinya dan
keajaiban karya Allah Swt dalam dirinya, membutuhkan minimal tiga sifat
dari sfat-sifat ketuhanan.
Pertama, hendaknya mengethui bahwa yang menciptakan seseorang juga
mampu membawanya pada kesempurnaan dan bukan pada sebaliknya, Ia adalah
Allah Swt. Tak satu pun perbuatan di dunia yang lebih ajaib dari
penciptaan manusia yang berasal dari air hina dan pembentukan fisik
dengan bentuk yang sangat menakjubkan, sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur.” (Q.S. al-Insan [76]: 2).
Maka untuk mengembalikannya setelah mati adalah lebih mudah lagi, sebab pengulangan selamanya lebih mudah daripada permulaan.
Kedua, pengetahuan tentang ilmu Allah Swt bahwa ia mencakup segala
sesuatu. Sebab keajaiban dan keanehan ini tak mungkin ada kecuali dengan
kesempurnaan ilmu.
Ketiga, hendaknya Anda tahu bahwa keramahan-Nya, rahmat-Nya dan
perlindungan-Nya mengenai segala sesuatu, tak terbatas di saat Anda
melihat tumbuhan, hewan dan kandungan bumi, semua berada dalam keluasan
kuasa-Nya, bentuk yang baik dan warna yang indah.
PASAL MENGENAI URAIAN BENTUK MANUSIA MERUPAKAN KUNCI MENGETAHUI SIFAT-SIFAT KETUHANAN DAN TERMASUK ILMU MULIA
Yaitu pengetahuan tentang keajaiban karya-karya Ilahi, pengetahuan
tentang keagungan dan kekuasaan Allah Swt, yang merupakan ringkasan
(sari) dari pengetahuan hati. Ilmu ini begitu mulia, sebab berbicara
tentang karya Ilahi, sebab jiwa bak kuda, akal sebagai penumpangnya dan
keduanya terhimpun dalam kalimat penunggang kuda (joki). Siapa yang tak
mengenal dirinya dan mengaku mengenal lainnya, maka ia seperti seorang
lelaki bangkrut yang tak memiliki makanan sedikitpun untuk dirinya dan
mengaku menafkahi orang-orang miskin di kotanya.
PASAL PENUTUP
Jika Anda mengetahui kemuliaan, kehormatan, kesempurnaan, keindahan
dan keagungan setelah Anda menyadari bahwa esensi hati adalah esensi
yang paling mulia, yang semua itu telah dianugerahkan kepadamu dan kelak
akan ditarik kembali, dan Anda justru tidak memintanya, malah
mengabaikannya dan menghilangkannya, maka Anda akan sangat menyesal pada
hari kiamat. Berjuanglah untuk mendapatkannya, tinggalkanlah segala
kesibukan duniawi! Dan segala kemuliaan yang tidak tampak di dunia, maka
di akhirat kelak akan menjadi kebahagiaan, keabadian tanpa kefanaan,
kekuasaan tanpa kelemahan, pengetahuan tanpa kebodohan, keindahan
sekaligus keagungan.
Sedang hari ini, tak seorang pun yang lebih lemah darinya, sebab ia
termiskin dan kekurangan, akan tetapi kemuliaan akan ia alami esok jika
ia tancapkan pengetahuan tentang kebahagiaan ini dalam inti hatinya,
hingga ia bisa menyelamatkan dirinya dari perumpamaan binatang dan bisa
mencapai derajat malaikat.
Jika ia kembali pada nafsu dunia, maka ia lebih memilih menjadi
binatang pada hari kiamat, karena sebenarnya ia kembali ke asalnya yaitu
tanah. Dan ia pun akan abadi dalam siksa.
Kami berlindung kepada Allah Swt dari semua itu, kami meminta
pertolongan-Nya, sebab Ia sebaik-baik Pemelihara dan Penolong, dan rasa
syukur ini untuk Alah Swt, Tuhan semesta alam. Semoga keselamatan
senantiasa dianugerahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw dan
keluarga berikut para sahabatnya.
The End
[1] Perjuangan membersihkan hati dengan beragam ibadat.
[2] Penyaksian pada cahaya keTuhanan.
[3]Menghilangkan
kotoran hati an mensucikannya diisi dengan keutamaan. Menurut Imam
Jurjani ada juga kimia awam;menggantikan kenikmatan dunia dengan
kenikmatan akhirat dan kimia orang khusus;memurnikan hati dari alam
beralih ke Pencipta alam
[4] Sebab Nabi saw lah yang menerima wahyu dan menerangi jalan.
[5] Hati ditempa dengan Mujahadah ibadah agar suci, seperti besi berkarat ditempa dalam bara api agar murni.
[6]
Imam Qohtoby berkata ruh tidak masuk dalam katagori objek KUN, artinya
bahwa ruh adalah kehidupan itu sendiri .Hidup dan kehidupan adalah sifat
Yang maha hidup. Ruh yang berada dalam jasad bukanlah makhluk
sebagaimana jasad. ( Lihat; aTaaruf limadzhab ahli tasawwuf;
alKalabadzi, hal 68, Darul kutub ilmiah, bairut)
[7]
Berkata Imam Junaidy alBagdadi Ruh adalah sesuatu yang dibiasi oleh
ilmu Allah dan tak seorangpun yang memahaminya dari makhlukNya. Dan tak
diperkenankan mengibaratkannya dengan apapun.
[8]
Orang kuno yang pertama mendefinisikan tugas Jiwa adalah Plato bahwa
jiwa memiliki tiga kekuatan;kekuatan syahwat, kekuatan amarah, kekuatan
Akal. Dimanasyahwat dan amarah adalah pembantu bagi kekuatan akal. Plato
mengibaratkan Manusia dengan kekuatan dan perangkatnya adalah sebuah
kota yang mesti ditata, dimana penduduknya dibagi dalam tiga kasta:
kasta buruh para pekerja, kasta peperangan dan kasta hakim, dimana kasta
buruh sebanding dengan kekuatan syahwat, dan kasta peperangan sebanding
dengan kekuatan amarah dan kasta hakim sebanding dengan kekuatan akal.
Demikian juga berpendapat Cendikiawan Alfarabi dalam kitabnya" Aro'
ahlil madinah alfadilah"
[9]
Ketercelaan syetan dan keterpujian malaikat, sebab syetan hanya memilki
sifat tercela saja sedang malaikat hanya memilki sifat keterpujian.
[10] Riwayat muslim, kitab sifat kaum munafiq hadis no 70, Imam Ahmad; Musnad;juz 6 hal 115. dari Aisyah.
[11]
Riwayat: aTurmudzi;albar,asilah;bab 55, Adda romy; arroqoiq,bab 73,
Imam Ahmad;Musnad; juz 5 hal 153, Hadis dari Mu'az bin jabal.
[12] Kekuatan akal
[13]
Imam Jurjani berkata dalam Ta'rifat hal 163: lenyapnya hati dari
mengetahui hal ihwal makhluk bahkan dari keadaan dirinya, ia liputi oleh
Sulthon hakikat, ia hadir dalam AlHaq, gaib dari dirinya dan dari
makhluk. Sebanding dengan ini adalahl kisah dalam al-Qur'an tentang Nabi
yusuf, dimana para perempuan ketika menyaksikan ketampanan Nabi Yusuf
merekapun memotong tangan sendiri, bagaimana keadaan jika seseorang
melihat keindahan Dzat sang pemilik keindahan?.
Fana menurut ahli tasauf adalah tenggelam dalam keagungan dan penyaksian alHaq.
[14]
Riwayat: Muslim;Fitan;no 19, Abu Dawud; Fitan, bab
1,Atturmudzi;Fitan;bab 14, Ibnu Majah;Fitan;bab9, Imam Ahmad;Musnad; Juz
5,hal 278. Hadis dari Syadad bib Aus dari Nabi Saw.
[15]
Ini sebagaimana terjadi pada zaman alGhazali dimana para Murid
penggemar tasauf dibebani beragam aturan oleh para Syeh Tasauf yang
akan menunjukan jalan istiqomah. Adapun Tehnik tasauf alGhazali Ia
mengambil langsung dari petunjuk kenabian tanpa perantara para Syeh
tasauf, dan jenis tasauf ini doperuntukkan bagi penggemar berat seperti
algazali sendiri.
[16] Riwayat: Ahmad,Malik, Abu Dawud,atTurmudzi, adDaromy.
[17]
Sepakat para ahli Tasauf bahwa ma'rifat tidak akan sempurna dengan
akal. Dalil mereka; bagi Allah adalah Allah semata. Menurut mereka jalan
akal adalah jalan orang yang berakal adalam kebutuhanya pada dalil,
kerena akal adalah baru dan yang baru hanya kan menunjukan pada yang
baru juga. Seorang pria bertanya pada Imam Annury: apa dalilnya Allah?
Ia Jawab: Allah, Maka dimana fungsi akal? Ia jawab:Akal lemah, yang
lemah hanya akan menunjukan pada yang lemah juga.
Berkata Ibnu atTo': akal adalah alat ibadah bukan bukan untuk memulyakan keTuhanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar