Minggu, 20 Januari 2013

> Terbuka dan tertutup pintu ma’rifat


  • Bagi orang yang dibukakan pintu ma’rifat,
      Ia dituntun Allah memilih jalan yang lurus
      Perilakunya dibimbing berakhlak yang bagus.
      Bila akan menyimpang dari jalan yang lempang,
      Hati nuraninya berbisik mencegah melarang.
      Bila akan terjerat bujukan hawa nafsu,
      Hatinya berbisik ”Jangan, anda akan tertipu”.
      Tetapi bila bisikan itu sering tidak digubris,
      Nurani tumpul nur Ilahi makin menipis.
  • Bagi orang yang tertutup pintu ma’rifat,
      Ia terbenam kedalam lumpur dunia,
      hatinya alpa lalai kepada yang Maha Kuasa.
      Jika menyebut asma Allah, hanya dibibir saja.
      Jika teringat Allah, karena situasi terpaksa.
      Ia mudah terjerumus ke jalan maksiat.
      Berbuat buruk dipandang sebagai nikmat
      Tidak peduli lagi halal dan haram,
      Ajaran agama di hatinya sudah tenggelam.
  • Bila orang tertutup pintu ma’rifat,
      pandangan terhadap agama menjadi terbalik,
      taat beragama dipandang sebagai kejumudan,
      amal shaleh dipandang sebagai kesia-siaan,
      kejujuran dipandang sebagai kebodohan,
      ibadah haji dipandang sebagai keborosan.
      Kejahatan tampak sebagai kelaziman,
      Kemaksiatan tampak sebagai kemajuan,
      Kemusyrikan rampak sebagai warisan budaya,
      Ke-aku-an tampak sebagai hak asasi manusia.
      Baginya dunia sudah terbalik.
      Kejahilan justru dianggap yang terbaik.
  • Memang dunia sudah mendekati zaman akhir,
      Halal-haram bercampur aduk bergulir-gulir.
      Cara berpikir manusia sudah terbalik,
      Kebobrokan moral merebak mencabik-cabik.
      Berpakaian tidak lagi menutup aurat,
      Paha dan pusar wanita ketat terlihat.
      Korupsi dan suap dikalangan petinggi negara
      Sudah membudaya, merebak, merata.

”Mereka itulah orang-orang yang hatinya, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.”
(QS. An-Nahl : 108).


Waridah ilahiyah


Sewaktu-waktu menyelinap ke sanubari
Pancaran nur yang indah, bermutu, berhikmah,
yang memperdalam kesadaran ma'rifatullah.
Sewaktu-waktu menyelinap ke relung hati
pancaran cahaya Ilahi, yang datang sendiri
tanpa dipanggil, tanpa diundang, tanpa upaya pribadi
Itulah Waridah Ilahiyah* penggugah jiwa yang tidur,
pancaran hidayah, pancaran ma'rifah, pancaran nur.
Sambutlah kedatangan nur dengan hati terbuka,
jangan ditolak, jangan dicegah, jangan dicerca.

S a y a n g !
Waridah Ilahiyah membangunkan jiwa yang tidur,
tetapi kebanyakan insan tetap memilih tidur.. mendengkur…

Waridah ilahiyah berkunjung kerelung hati.
Jika datang pasti membawa hidayah Ilahi.
Membawa mahabbah mencintai Ilahi Robbi,
Membawa mardhatilah ridha Allah yang suci.
Hati menjadi sejuk mendekat kepada Allah,
Jiwa menjadi khuyu’ mengabdi kepada Allah,
Kalbu menjadi tunduk berbakti kepada Allah,
Sikapnya tawadhu’ memuji kebesaran Allah.

Waridah ilahiyah murni pemberian Allah,
datang tanpa sebab,pergi tanpa pamit,
datang menyelinap, pergi terus gaib.
Jika waridah ilahiyah tidak disambut dengan baik,
Jiwa akan kosong, iman akan tercabik.
Jika waridah ilahiyah dibiarkan pergi,
Hidayah lenyap, hidup akan merugi.

Waridah ilahiyah ibarat tamu terhomat,
Datang membawa hidayah serta rahmat.
Sambutlah dengan ramah dan senyum.
Oleh-oleh si tamu manfaatkanlah dengan tekun.
Bingkisan si tamu sungguh mahal harganya.
Di pasar manapun tak ada yang menjualnya.*

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
berbuat kebajikan akan diberi hidayah oleh
Tuhan mereka atas keimanan mereka.” (QS.Yunus 10:9 )


TELAGA MA’RIFAT

 Andai Ma’rifat diibaratkan telaga,
      Maka telaga ma’rifat luas tanpa batas,
      Kandungan nur Ilahi indah membias.
      Telaga ma’rifat itu telaga nur,
      Menerangi dari barat sampai ke timur.
      Bila setetes air membasahi mata batin,
      Seluruh kalbu bermandikan nurul yaqin.
      Namun kalbu hitam dan mata batin buta
      Tak akan tersirami air telaga.
`    Air ma’rifat akan terhindar jauh,
      Air suci tak menyiram jiwa yang keruh.

Telaga ma’rifat alirkan nur tiada henti,
Alirkan taufiq dan hidayah Ilahi Robbi,
Mencari hati yang siap membuka diri,
mencari kalbu yang putih bersih berseri.
Tetapi sayang banyak orang tidak tahu,
Bahkan menutup diri mengumbar hawa nafsu.
Ibadahnya tercampur nafsu yang buruk,
Shalatnya tak membuahkan jiwa yang khusyu’.
Kalbunya lebih dekat kepada setan,
Godaan iblis dianggapnya anugerah Tuhan.

  • Sungguh telaga ma’rifat itu telaga nur.
      Menerangi dari barat sampai ke timur.
      Bila setetes air membasahi mata batin
      Seluruh kalbu bermandikan nurul yaqin.
      Hatinya terbuka lebar untuk ma’rifat
      Jiwanya dipenuhi kalbu yang sehat
      Imannya bertambah kuat bermartabat
      Taqwanya ikhlas penuh rahmat.

Dimanakah letak telaga ma’rifat itu?
Di ”kesadaranmu” yang terdalam didalam kalbu.
Bila kesadaran sudah membuka pintu marifat,
Hidup menjadi lurus menuju Allah As-Somad.

  • Rasulullah bersabda :
            ”Telagaku membutuhkan perjalanan waktu berbulan,
            Airnya lebih putih daripada susu, baunya lebih harum daripada minyak wangi
            Dan hiasannya laksana bintang-bintang di langit,
            Barangsiapa meminumnya tidak akan merasa dahaga selamanya.”
            (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amru)



Kereta Kencana

 

 *Perjalanan insan ibarat raja naik kereta kencana
  Raja penumpang kereta adalah ruh
  Badan kerangka kereta ialah jasad
  Kuda-kuda penarik kereta itulah nafsu.
  Kuda sebelah kanan (positif) nafsu muthmainnah,
  Radhiyatan mardhiyah dan mulhimah.
  Kuda sebelah kiri (negatif) nafsu amarah, syahwat dan ananiyah.

*Sais penunggu kereta adalah kalbu
  Didampingi oleh indra, dzauq dan akal
  Pengawal dibelakang kereta af’idah dan himmah
  Lampu penerang kereta taufiq dan hidayah
  Teropong untuk melihat jauh adalah bashirah

*Bagi para ’arifin billah
  Mahkota yang dipakai zuhud dan wara’
  Istana yang dihuni qona’ah dan qalbun salim
  Jalan yang ditempuh shirothol mustaqim
  Sasaran yang dituju cinta dan ridha Allah
  Buah yang ingin dipetik jannatun na’im
  Bekal yang dibawa taqwa dan ilmu
  Kompas yang dipakai iman, islam dan ihsan
  Peta yang dipedomani Al-Qur’an dan sunnah rasul
  Rambu-rambu lalu lintasnya hukum wajib sunat, mubah, makruh, dan haram
  Rintangan yang menghadang godaan setan
  Senjata penangkisnya dzikir, shalat dan taubat.

*Ruh itu penguasa dan pemilik kereta kencana
  Tetapi sering kalah dan dipermainkan hawa-nafsu
  Apalagi bila ruh lemah tidak berwibawa
  Kereta kencana oleng aranya tidak menentu
  Maka waspadalah wahai raja pemilik kereta
  Jangan sampai kereta menyimpang arahnya!
  Jangan sampai kereta terjerumus ke lembah bencana
  Diseret hawa nafsu terperosok ke jurang neraka.

  Ingat,
  Bila ruh telah pergi menghadap Ilahi
  Kereta kencana rusak tidak berdaya lagi
  Bila ruh terbang manghadap Allah Al-Qodir
  Kereta kencana hancur, hidup sudah berakhir..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar