BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang
muslim yang paripurnaa adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan
akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih
dulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya.
Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang
membangun kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola
pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam
segi aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus.
Konsep
ketuhanan dalam islam mulai muncul setelah wafat-Nya Rasulullah
Muhammad SAW. Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya tradisional
dan modern. Sering sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap
Al-quran dan Hadits. Ada yang melihat secara tekstual dan ada yang
melihat secara kontekstual.
Dalam
islam konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang harus
diperbaiki karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan
keislamannya nanti. Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena
kalau tidak itu akan mengurangi h[1]akekat keislaman seorang manusia.
Pembuktian
wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah susah
karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal yang harus
kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia
dan alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta.Tidak mungkin semua
hal itu bisa ada tanpa adanya sang pencipta. Dan penciptanya itu adalah
Allah. Manusia, hewan, dan alam ini adalah akibat sedangkan akibatnya
adalah Allah SWT.
Keimanan
seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang lahir dari keluarga
yang bagus ibadahnya kemungkinan besar ibadahnya juga bagus, keimanan
akan tumbuh dengan baik ketika kita pelihara, harus ada pembiasaan dalam
melakukan ibadah.
Beriman
kepada allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus dikuatkan dalam
hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang kami maksud adalah
perbuatan [2]yang sesuai dengan ajaran agama islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Seperti apakah filsafat ketuhanan dalam islam ?
2. Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam islam ?
3. Bagaimana proses terbentuknya iman ?
4. Bagaimana keimanan dan ketakwaan seseorang ?
C. MANFAAT
1. Mengetahui filsafat ketuhanan dalam islam
2. Mengetahui pembuktian wujud tuhan dalam islam
3. Mengetahui proses terbentuknya iman
4. Mengetahui keimanan dan ketakwaan seseorang
BAB II
PEMBAHASAN
A.FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM
Filsafat Ketuhanan
adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka
dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan
pendekatan wahyu di dalam usaha [3]memikirkannya.
Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan
akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah
untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada
kebenaran tentang Tuhan.
meyakini
adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri setiap
manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang berlebihan
sehingga mereka disibukkan dengannya, mengakibatkan mereka lupa kepada
Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka sendiri. Yang pada gilirannya,
cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam.
Walaupun
demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli ma’rifat berkata,
“Jalan-jalan menuju ma’rifatullah sebanyak nafas makhluk.” Salah satu
jalan ma’rifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum muslim,
golongan ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran aktif akal
sehubungan dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya
jalan untuk mengetahui Allah adalah nash (Al Quran dan Hadis). Mereka
beralasan dengan adanya sejumlah ayat dan riwayat yang secara lahiriah
melarang menggunakan akal (ra’yu). Padahal kalau kita perhatikan,
ternyata Al Quran dan Hadis sendiri mengajak kita untuk menggunakan
akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan Allah
Perkataan illah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan.Dalam bahasa Alquran dipakai u[4]ntuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan dan dipentingkan oleh manusia, misalnya dalam QS.Al jatsiyah (45) ; 23 :
Contoh
ayat diatas menunjukkan bahwa perkataan illah bisa mengandung arti
berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda
nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja).Untuk dapat
mengerti dengan definisi Tuhan atau Illah yang tepat, berdasarkan logika
Alquran sebagai berikut :
Tuhan
(Illah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) olseh
manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai
oleh-Nya.
Dalam
ajaran islam diajarkan “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru
diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti seorang
muslim harus membersihkan diri dari segala macam tuhan terlebih dahulu,
sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.
B. PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
Adanya
alam organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak
boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia
normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percay pula bahwa alam ini “ada”.
Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk
kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika
percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya
tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: percaya adanya
makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang
tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari
tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti
ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam
semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta ?
Dalam
al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi Tuhan dapat
ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63 dijelaskan
bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak eksistensi
pencipta langit dan bumi.
Berdasarkan
kandungan ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa arab sesungguhnya telah
memahami dan meyakini akan eksistensi tuhan sebagai pencipta langit dan
bumi serta pengaturnya. Namun menurut al-Quran, ada segelintir anak
manusia yang menolak eksistensi tuhan, seperti penggambaran al-Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini menegaskan
bahwa: “mereka berkata: “ kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan
didunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan
kita selain masa.” Penolakan akan eksistensi tuhan oleh sebagian kecil
manusia itu, hanya didasarkan pada dugaan semata dan tidak didasarkan
pada pengetahuan yang meyakinkan seperti ditegaskan dalam klausa penutup
ayat 24 tersebut, yaitu:”mereka sekali kali tidak mempunyai pengetahuan
tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
Banyak
sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang
keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam seperti yang terkandung
dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah
kisah yang benar.Tidak ada tihan selain Allah,dan sungguh Allah
MahaPerkasa , Mahabijaksana.
Keesaan
Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan
yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat La ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Benih
iman yang dibawah sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan
yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya
dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan
iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga,
masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati
seperti cuaca, tanah , air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh
pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman
seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa
merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Dalam hal ini Nabi SAW
bersabda, “setiap anak, lahir membawa fitrah, Orang tuanya yang berperan
menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau majusi”.
Pada
dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses
perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal
ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika
seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah.
Disamping
proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena
tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi
senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak
setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan
ajaran-ajaran Allah.
D. KEIMAN DAN KETAKWAAN
Iman
atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama karena
dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang
diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau
dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
Dalam
surah Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang
amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah
berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu
Al-Quran. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan , keimanan adalah
pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh
tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi
tersebut. Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus
diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran
agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika hanya diyakini
dalam hati tapi juga ha[5]rus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan
adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan
cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh.seseorang dikatakan beriman
bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk
mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Berbicara msalah keimanan , kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari tanda-tandanya seperti :
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah hatinya bergetar, dan berusaha agar Allah tidak lepas dari ingatannya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya
4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji
Manfaat da[6]n pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa
4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Takwa
berasal dari kata waqa, yaqi,wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi, maka secara etimologi taqwa dapat diartikan
sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). hakikat takwa sebagaimana
yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib, “Takwa adalah engkau melakukan
ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah karena
mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada
Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya."
Kata
takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi
hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengata-kan,
“Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?” Si penanya menjawab,
”Ya”. Beliau balik bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Orang itu
menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku
melompatinya atau aku tahan langkah”. Maka berkata Abu Hurairah,
”Seperti itulah takwa.”
Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan:
1. Iman
kepada Allah,iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, dengan
kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan
memelihara Fitrah Iman.
2. Mengeluarkan
harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang0orang miskin,
orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai
umat manusia.
3. Mendirikan shalat dan zakat
4. Menepati janji
5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
Hubungan Takwa dengan Allah SWT
Seseorang
yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada
Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara
hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya
sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya
konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan
adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara
hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas (ibadah)
secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara hubungan dengan Allah
dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah.
Hubungan Takwa dengan sesama manusia
Hubungan
dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertakwa akan dapat
dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap takwa
tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang lain, melindungi
yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan
Hubungan Takwa dengan Diri sendiri
1. Sabar,
yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik
perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap
perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam
melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar
perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Tawakal,
yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada
Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal
tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang menentukan.
3. Syukur,
yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau
sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih
terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun
perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkan hamdalah
sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang
diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.
4. Berani,
yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya
dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan
nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan
dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat – sifat buruk
yang datang dari dorongan hawa nafsunya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis.
Ø Manusia,
hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta ini lahir pasti ada
penyebabnya, pasti ada penciptanya, dan penciptanya itu adalah Allah
tuhan bagi seluruh makhluk.
Ø Keimanan tidka hanya diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini dalam hati, dan dibuktikan lewat perbuatan
Ø Iman
atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu
agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa
yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau
dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
Ø Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya.
Ø Iman
adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah,
yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah,
yang terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.
SARAN
Ø Semoga
makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat pula mengerti dan paham akan
ketakwaan keimanannya kepada Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar